Sabtu, 11 Februari 2017

Analisis SWOT Bagian Pembawa Acara (MC) Kegiatan Jalan Santai PKTJ Bersama Rita Park

A. Pendahuluan

Ikhtisar ini akan menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan kampanye keselamatan berlalu lintas dengan event jalan santai yang telah dilaksanakan pada hari Minggu, 29 Januari 2017 antara Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan dan Rita Park. Acara jalan santai yang mengusung tema Safe Pedestrian ini memiliki tujuan utama yaitu kampanye keselamatan jalan. Materi-materi keselamatan berlalu lintas ini di sisipkan pada saat pelaksanaan jalan santai. Adapun materi yang di berikan yaitu 4T / tata cara menyebrang  dengan kemampuan dan pengetahuan keselamatan yang sudah diperoleh di Kampus PKTJ .
Hasil pembahasan lebih lanjut adalah menganalisis kegiatan yang telah dilakukan salah satunya dalam bidang pemandu acara (MC). Dalam menganalisis acara jalan santai yang telah diselenggarakan, dilakukan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Dalam analisis SWOT ini 4 faktor tersebut yang akan di analisis untuk tercapainya tujuan dari sebuah kegiatan. Pendekatan-pendekatan yang di ambil antara lain kekuatan apa yang akan memudahkan terwujudnya suatu kegiatan dalam hal ini yaitu kekuatan (strength), kelemahan internal apa yang bisa menjadikan sebuah kekurangan atau menyebabkan gagalnya kegiatan tersebut (weaknes), peluang dari pihak eksternal yang sekiranya dapat mendukung kegiatan (opportunity), serta ancaman apa saja yang dapat menjadi hambatan dalam suatu kegiatan (threat)
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Berikut penjabaran analisis SWOT:
Tabel I. Analisis SWOT
Strength (Kekuatan)
Merupakan kondisi internal yang mendukung terwujudnya tujuan/organisasi
Weakness (Kelemahan)
Merupakan kondisi internal yang menghambat terwujudnya tujuan/organisasi
Opportunity (Peluang)
Merupakan  kondisi eksternal yang memberikan peluang suksesnya suatu tujuan/organisasi
Threat (Ancaman)
Merupakan kondisi eksternal yang menjadi ancaman bagi tujuan/organisasi.

B. Hasil dan Pembahasan
Selanjutnya akan dilakukan penilaian terhadap kriteria dalam analisis SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman berdasarkan persepsi. Sudut pandang penilai berdasarkan dari job description dan job spesification pihak penyelenggara acara jalan santai yaitu PKTJ dan Rita Park berdasarkan bidang pembawa acara (MC). Berikut merupakan hasil analisis SWOT tentang pembawa acara (MC).
Tabel II. Analisis SWOT acara jalan santai dalam hal usaha dan dana

Strength (Kekuatan)
1.    Memiliki public speaking yang luamayan baik
2.    Memiliki daya tarik
3.    Menguasai isi acara
4.    Menguasai materi yang disampaikan
Weakness (Kelemahan)
1.    Masih dalam proses belajar
2.    Waktu mulainya acara terlambat
3.    Peserta sedikit sulit diarahkan agar bisa mengikuti perintah MC

Opportunity (Peluang)
1.    Memiliki panitia yang banyak sehingga bisa membantu MC dalam mengarahkan peserta
2.    Bisa menjadi pengalaman dalam hal pembawa acara
3.    Materi tentang pejalan kaki yang mudah dicerna oleh peserta.
Threat (Ancaman)
1.    Ketika selesai kegiatan jalan santai, peserta sudah mulai kelelahan sehingga dikhawatirkan tidak dapat mengikuti acara dengan semangat.
2.    Pada saat pengundian doorprize dikhawatirkan terdapat penomoran yang ganda.
3.    Peserta pulang terlebih dahulu karena kelelahan.

PKTJ dan RITA PARK PEDULI KESELAMATAN PEJALAN KAKI

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan adalah sekolah dibawah Kementerian Perhubungan yang fokus pada urusan keselamatan transportasi jalan. Dalam kegiatan transportasi, tentunya tidak bisa dipisahkan dengan pejalan kaki. Pejalan kaki merupakan bagian yang sangat penting untuk dilindungi ketika melakukan kegiatan di jalan. Kecelakaan lalu lintas jalan membunuh sekitar 1,24 juta orang per tahun (who, 2015). Lebih dari seperlima dari kematian tersebut menimpa pejalan kaki. Pejalan kaki harus disediakan fasilitas yang aman dan nyaman dalam kegiatannya. Umumnya di daerah perkotaan ketersediaan fasilitas pejalan kaki masih kurang diperhatikan dengan baik. Sering kali fasilitas yang tidak mendukung dapat menyebabkan konflik antara arus lalu lintas dengan pejalan kaki yang dapat menimbulkan hambatan, kemacetan, dan membahayakan pengguna jalan itu sendiri.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 106 ayat (2), menegaskan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan raya yang wajib menjadi prioritas utama terhadap upaya perlindungan keselamatan di jalan raya. Artinya semua pengguna jalan lain seharusnya mendahulukan pengguna jalan ini.
Oleh karena itu, PKTJ bersama Rita Park yang sangat memperhatikan keselamatan pejalan kaki mengadakan kegiatan sosialisasi keselamatan khusus untuk pejalan kaki yang dikemas dalam acara berupa kegiatan jalan santai yang diadakan di Rita Park. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat umum yang perlu diberikan pengetahuan mengenai keselamatan bagi pejalan kaki.
Kegiatan jalan santai tersebut bertemakan “safe pedestrian” yang didalamnya membahas khusus mengenai pejalan kaki. Pembahasan materi dalam sosialisasi tersebut diantaranya adalah mengenai cara menyeberang dengan menggunakan metode 4T, menyeberang pada tempat penyeberangan, dan tempat-tempat yang dihindari ketika menyeberang.
Peserta jalan santai sangat berantusias pada kegiatan tersebut. Selain jalan santai dan sosialisasi, tentunya hadiah doorprize yang sangat menarik bisa dibawa pulang oleh para peserta yang beruntung pada hari itu. Selain sehat, mendapatkan wawasan, juga dapat membawa pulang hadiah apabila peserta beruntung.

Tujuan utamanya diadakan kegiatan jalan santai tersebut adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai keselamatan pejalan kaki yag dikemas dalam kegiatan yang menarik. Peserta kegiatan tersebut mengapresiasi dengan baik kegiatan jalan santai tersebut. Menurut mereka kegiatan tersebut harus sering dilakukan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai keselamatan transportasi jalan. hasil dari kegiatan tersebut pun dikatakan berhasil karena hasil dari pertanyaan pret-test mengalami peningkatan pengetahuan ketika diuji pada pertanyaan post-test.

Teknik Pengumpulan Massa

Teknik Mengumpulkan Massa

  1. Hiburan
Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikatagorikan sebagai hiburan. Dalam hal ini hiburan yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang bersifat menghibur dan mendatangkan banyak orang untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Sehingga dengan berkumpulnya orang-orang kita dapat memanfaatkan keadaan tersebut untuk menyampaikan pesan/informasi.
2.      Pengumuman
Pengumuman adalah salah satu komunikasi yang biasanya ditujukan untuk target sasaran dalam lingkup tertentu. Teknik ini adalah salah satu cara yang paling murah, paling mudah, dan paling efektif. Apabila ditempatkan dan diawasi secara layak, maka pengumuman akan banyak menarik perhatian orang-orang yang berada dilingkup sekitar dimana pengumuman itu berada. Pengumuman biasanya ditempatkan dimana ia dapat dilihat dan dibaca dengan baik, yaitu: halte, papan informasi, papan iklan, dan di tempat umum lainnya. Informasi dalam sebuah pengumuman biasanya meliputi sebuah event, kegiatan sosial dan hiburan yang akan menarik perhatian orang sehingga mereka berdatangan untuk mengikuti kegiatan tersebut.
  1. Kegiatan Sosial
Kegiatan Sosial merupakan suatu kegiatan dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat merapatkan kekerabatan kita. Kegiatan sosial diadakan dengan tujuan – tujuan tertentu. Kegiatan sosial antar warga yang dilakukan adalah untuk mewujudkan rasa cinta kasih, rasa saling menolong, rasa saling peduli sesama masyarakat yang sedang membutuhkan uluran tangan mereka. Dari segi teknik komunikasi, kegiatan sosial digunakan sebagai media untuk mengumpulkan orang/massa. Setelah massa yang berkumpul cukup banyak disitulah kita dapat menyampaikan pesan/informasi. Sehingga tujuan dari penyampaian informasi lebih efektif dan tepat sasaran.

4.      Event
Getz (1997) mendefinisikan event sebagai berikut “Event are transient, and every event is a unique blending of its duration, setting, management, and people.” Artinya event adalah fana, tidak abadi, dan setiap event merupakan suatu campuran unik dari durasi, pengaturan, pengurus, dan orang-orangnya. Dalam hal ini event digunakan untuk menarik perhatian orang banyak agar mereka dapat berdatangan dan berkumpul dalam satu tempat dengan maksud tertentu. Jenis Event dibedakan menjadi public event dan private event. Yang termasuk dalam public event adalah Perayaan budaya, seni atau hiburan, bisnis atau perdagangan, kompetisi olah raga, pendidikan dan ilmu pengetahuan, rekreasi, serta politik atau kenegaraan. Sedangkan private event meliputi perayaan pribadi seperti peringatan hari jadi, liburan keluarga, pesta pernikahan, dan pesta ulang tahun, serta event-event social seperti pesta-pesta, gala, dan acara reuni (Getz, 1997).

Teknik Menghibur Massa
1.      Mengadakan kuis yang disertai hadiah
Kebanyakan orang akan tertarik dengan sesuatu hal yang ada hadiahnya. Maka dari itu, di sela suatu kegiatan yang memungkinkan orang untuk merasa bosan, akan lebih baik diadakan suatu kuis sebagai pemanis suasana. Sehingga massa akan lebih antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut.
2.      Menampilkan kesenian tradisional
Menampilkan sebuah kesenian tradisional merupakan hiburan yang cukup istimewa dalam suatu kegiatan. Untuk sebagian orang akan lebih menyukai kesenian tradisional dibandingkan dengan hiburan modern zaman sekarang. Selain itu juga dapat lebih menjaga dan melestarikan keberadaan kesenian tradisional di tengah era globalisasi ini.
3.      Menampilkan grup musik
Menampilkan grup musik dalam sebuah kerumunan massa akan sangat menghibur bagi mereka. Disaat mereka mulai merasa bosan dengan pengarahan yang diberikan, ada baiknya jika diselingi dengan hiburan penampilan grup musik untuk memberikan penyegaran bagi mereka. Apalagi jika grup musik tersebut sebuah grup musik ternama.
4.      Mendatangkan tokoh terkenal / artis
Salah satu cara menghibur massa yaitu dengan mendatangkan tokoh tekenal / artis. Hal ini dinilai bisa menghibur massa karena setiap orang mempunyai rasa simpati terhadap tokoh yang mereka idolakan. Dengan melihat secara langsung, diharapkan bisa menghibur massa yang mulai merasa bosan.
5.      Mengadakan permainan
Mengadakan suatu permainan di sela kegiatan sangat efektif untuk menghibur para audiens / massa. Ketika mereka mulai jenuh dengan kegiatan yang diikuti, perlu diselingi dengan permainan agar pikiran mereka bisa jernih kembali dan siap menerima informasi. Selain itu bias saja di permainan tersebut diberikan hadiah bagi siapa yang menang.

            Contoh Kegiatan Mengumpulkan Massa
1.      Parodi
2.      Mendatangkan tokoh terkenal
3.      Mengadakan nikah masal
4.      Penampilan grup musik
5.      Kegiatan bakti sosial
6.      Kuis berhadiah
7.      Pagelaran seni budaya
8.      Mengadakan sunat masal
9.      Kegiatan Jalan santai
10.  Kompetisi olahraga

C.  Teori Mengumpulkan Massa
1.    Edupolitik
Merupakan teori mengumpulkan massa secara formal. Biasanya teori ini dilakukan oleh seseorang pada suatu kegiatan formal dimana orang tersebut secara tidak langsung mempromosikan suatu partai, atau lembaga, atau mungkin dirinya sendiri dll, kepada para peserta .
2.    Strategi Merayu
Merupakan teori mengumpulkan massa yang dilakukan secara terselubung. Jadi, kita dapat mengumpulkan massa dengan memanfaatkan suatu situasi yang tepat untuk merayu massa supaya mengikuti apa yang kita katakan. Namun, orang-orang yang kita rayu tersebut, tidak sadar dengan apa yang kita lakukan. Kita cukup merayu beberapa orang sehingga sebagian besar orang akan mengikuti keinginan kita karena mereka cenderung mengikuti orang lain.
Contoh : Pada saat ada acara car free day, disitu kita ditugasi untuk mengumpulkan massa dalam acara kampanye calon buapati. Pada saat mengumpulkan massa kita tidak perlu bersorak-sorak mengajak orang-orang mengikuti acara kampanye tersebut, cukup kita menyatu dengan masyarakat dan merayu beberapa orang dengan perkataan yang tidak menyuruh, namun mengajak mereka untuk meluhat kampanye secara bersama-sama. Dengan begitu otomatis orang-orang yang lain akan tertarik karena melihat banyak orang mengikuti kampanye.
3.    Teori Lumpur Kotor
Sebenarnya teori ini adalah teori yang tidak baik digunakan dalam mengumpulkan massa. Namun tidak bisa dipungkiri lagi bahwa di negara kita banyak pihak yang menggunakannya. Teori ini adalah salah satu teknik mengumpulkan massa yang dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a.    Saling menjelekkan antar kubu
Contohnya : Seseorang dari kubu A menjelekkan kubu B dengan menebar sesuatu hal yang buruk mengenai kubu B supaya massa menjauh dari kubu B dan menekat ke kubu A.
b.    Menebarkan isu-isu
Contohnya : Seorang calon walikota menebarkan isu yang tidak benar bahwa pemerintah akan memberhentikan subsidi beras di kotanya. Namun dia seolah memberi solusi bahwa jika di pemilihan walikota nanti dia menang, dia dapat mencegah kejadian tersebut. Seolah olah dia adalah pahlawan yang akan menyelamatkan kotanya sehingga namanya akan naik karena isu yang telah dibuatnya.
4.      Kampanye
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004 Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengatur semua jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu
·         Pertemuan Terbatas
·         Tatap muka dan dialog
·         Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
·         Penyiaran melalui radio dan atau televise
·         Penyebaran bahan kampanye kepada umum
·          Pemasangan alat peraga di tempat umum
·         Rapat umum
·         Debat publik / debat terbuka antar calon
·         Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan

Selain itu terdapat pula jenis-jenis kampanye menurut beberapa sumber, yaitu:
a)         Product Oriented Campaigns
Kampanye yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis,berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini  biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya. 
b)        Candidate Oriented Campaigns 
Kampanye yg berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik.
c)         Ideologically or cause oriented campaigns 

Jenis kampanye yg berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus danseringkali berdimensi sosial. Atau Social Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yg ditujukan utk menangani masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait. 

Menanamkan Budaya Safety Riding Pelajar SMA

Perilaku pengguna jalan merupakan salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas dijalan, jika perilaku pengguna jalan tersebut tidak memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang keselamatan jalan. Oleh karena itu, faktor-faktor pengguna jalan yang berkeselamatan sangatlah penting diperhatikan untuk menciptakan keselamatan berlalu lintas di ruang lalu lintas jalan. Contoh faktor-faktor pengguna jalan yang berkeselamatan tersebut yaitu saat menggunakan sepeda motor memperhatikan faktor keamanan seperti menggunakan helm SNI, mengenakan jaket, celana panjang, sepatu, dan perlengkapan yang dapat menunjang keselamatan berkendara sepeda motor. Namun kenyataan dilapangan banyak dijumpai pengendara sepeda motor yang melanggar aturan-aturan tersebut.


Kewajiban menggunakan helm standar nasional Indonesia bagi pengendara sepeda motor diatur dalam Pasal 57 ayat (1) jo ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi :

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor.
(2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.
Selain itu, dalam pasal 106 ayat (8) UU No. 22/2009 mengatur bahwa:

Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.”

Berdasarkan ketentuan yang berlaku pengendara motor baik pengemudi maupun penumpang diwajibkanmenggunakan helm dengan standar nasional Indonesia. Apabila melanggar, ancaman atas pelanggaran tersebut diatur dalam Pasal 291 UU No. 22/2009 yang berbunyi :

(1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Peraturan yang ada sudah jelas mengatur tentang kewajiban para pengendara sepeda motor untuk mengenakan helm SNI. Pengguna sepeda motor pada usia pelajar merupakan kelompok yang potensial paling banyak melakukan pelanggaran lalu lintas. Padahal, untuk kalangan pelajar, peraturan lalu lintas bukanlah hal yang asing. Hal tersebut mengindikasikan bahwa para siswa belum memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap peraturan lalu lintas, khususnya kewajiban tata cara berkendara yang berkeselamatan bagi pengendara sepeda motor. Oleh karena itu, diperlukan adanya kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran para siswa tentang kewajiban tata cara berkendara yang berkeselamatan.
Para siswa di SMA Negeri 1 Kramat sebagian besar berasal dari wilayah Kabupaten Tegal. Jarak antara sekolah dan rumah yang cukup jauh serta ketersediaan angkutan umum yang sedikit membuat sebagian siswa memilih menggunakan sepeda motor untuk mobilitas yang lebih cepat dibandingkan dengan angkutan umum.
Di dalam lingkungan sekolah, para siswa diperkenankan untuk menaiki sepeda motor sampai dengan tempat parkir di dalam sekolah.Dalam hal kedisiplinan, sebagian besar siswa/i SMA Negeri 1 Kramat cukup peduli terhadap peraturan, hal ini terlihat dari kegiatan rutin yang wajib diikuti para siswa kelas X, seperti pada kegiatan ekstrakulikuler PRAMUKA. Komunikan dalam kegiatan sosialisasi yang hadir sebanyak 320 siswa. Mayoritas para siswa berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda motor.
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa SMA Negeri 1 Kramat tentang pentinganya safety driving meliputi penggunaan helm, jaket, sepatu, kelengakapan lainnya  dengan indikator pengetahuan, pemahaman, sikap, dan pola perilaku.
Materi yang akan diberikan kegiatan ini adalah didasarkan pada hasil survei pelanggaran yang telah dilakukan, yang mana hasil survei tersebut menunjukkan bahwa pelanggaran lalu lintas yang paling dominan adalah tidak menggunakan helm pada saat berkendara. Adapun substansi dari materi yang akan diberikan antara lain:
a)      Dasar Hukum
b)      Pentingnya safety driving;
c)      Desain standar helm, jaket, sepatu serta kelengkapan lainnya;
d)     Dampak yang dapat terjadi jika mengabaikan safety driving;
Model Komunikasi adalah representative fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi. Menurut Sereno dan Mortensen Model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang di butuhkan untuk terjadinya suatu komunikasi. Model komunikasi mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunkasi yang tidak perlu dalam dunia nyata.
David Cystal dalama bukunya A dictionary of Linguitics kerap memodelkan komunikasi melalui definisi, komunikasi terjadi ketika informasi yang sama maksudnya dipahami oleh pengirim dan penerima.
Model komunikasi yang digunakan Model Komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal. Proses terjadinya Komunikasi pada penyuluhan siswa/siswi SMA 1 Kramat kota tegal.
a.       WHO: Komunikator (siapa yang menyampaikan informasi) adalah pihak yang menyampaikan pesan dalam sebuah komunikasi. Dalam penyuluhan yang kami lakukan ini, taruna/taruni PKTJlah yang berperan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan ataupun informasi kepada siswa/siswi SMA 1 Kramat kota tegal kota Tegal.
b.      SAY WHAT (apa yang disampaikan) : segala sesuatu informasi yang akan disampaikan kepada komunikan. Dalam penyuluhan yang kami laksanakan ini pesan yang disampaikan berupa materi mengenaisafety driving.
c.       IN WHICH CHANEL (media yang di gunakan):
Menampilkan video dan paparan tentang materi pentingnya safety driving yang meliputi penggunaan helm sesuai standar, serta kelengkapan lainnya yang sesuai dengan aturan yang adayang harus dipatuhi supaya siswa-siswi SMA 1 Kramat kota.

d.      TO WHOM: Komunikan (siapa yang menerima informasi) Komunikan dalam penyuluhan yang telah kami laksanakan ini adalah para siswa/siswi SMA 1 Kramat kota tegal kota Tegal
e.        WITH WHAT EFFECT adalah dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (siswa/siswi kelas SMA 1 Kramat kota tegal Kota Tegal) setelah menerima pesan atau materi mengenai pentinganya safety driving yang telah disampaikan oleh taruna/taruni PKTJ. Dengan bertambahnya pengetahuan dan perubahan sikap pada siswa/siswi SMA 1 Kramat kota tegal Kota Tegal.
Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan menggunakan metode penyuluhan langsung, yaitu bertatap muka secara langsung dengan sasaran penyuluhan, yaitu para siswa SMA Negeri 1 yang mengikuti kegiatan Pramuka
Dengan melihat karakteristik siswa SMA Negeri 1 Keramat yang cenderung kurang peduli terhadap peraturan, maka diperlukan kondisi yang lebih eksklusif, sehingga metode pendekatan yang akan digunakan untuk penyuluhan para siswa SMA Negeri 1 Keramat lebih tepat jika menggunakan metode pendekatan kelompok. Oleh karena itu, penyampaian materi akan disampaikan dengan cara membagi 320siswa yang hadir ke dalam aula.
Evaluasi kegiatan merupakan bagian yang harus ada dalam pelaksanaan satu kegiatan. Dengan melakukan evaluasi, tingkat keberhasilan kegiatan dapat diketahui. Tingkat keberhasilan dapat diketahui dengan membandingkan antara tujuan kegiatan dengan hasil yang didapatkan setelah kegiatan dilaksanakan.
Tujuan dari kegiatan penyuluhan di SMA Negeri 1 Kramat adalah meningkatkan kesadaran para siswa SMA Negeri 1 Kramat tentang tata cara berkendara yang berkeselamatan. Kata yang digunakan adalah meningkatkan, dengan demikian harus diketahui tingkatkesadaran para siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan penyuluhan. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode ­before and after analysis.
Untuk mendapatkan data yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran para siswa, cara yang dilakukan adalah dengan memberikan pre-test sebelum kegiatan dilakukan dan post-test setelah kegiatan dilaksanakan.
Tujuan dari kegiatan penyuluhan keselamatan lalu lintas di SMA Negeri 1 Kramat adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa SMA Negeri 1 Kramat tentang tata cara berkendara yang berkeselamatan. Tingkat kesadaran para siswa dapat diukur dengan empat indikator yang biasa dijadikan sebagai tolak ukur kesadaran hukum, antara lain pengetahuan dan pola perilaku. Dengan demikian, menggunakan 2 (dua) indikator kesadaran hukum tersebut untuk mengukur tingkat kesadaran tata cara berkendara yang berkeselamatan merupakan hal yang relevan untuk dilakukan.
a)        Pengetahuan
Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Perilaku tertentu yang dimaksud dalam evaluasi ini adalah tata cara berkendara yang berkeselamatan  pada saat berkendara dengan sepeda motor. Jadi, indikator penilaian pengetahuan dalam evaluasi ini adalah pengetahuan para siswa tentang dasar hukum tata cara berkendara yang berkeselamatan pada saat berkendara.
b)        Pola Perilaku
Pola perilaku hukum merupakan hal yang utama dalam kesadaran hukum, karena di sini dapat dilihat apakah satu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat. Berlaku atau tidaknya hukum tersebut dilihat dari dilaksanakan atau tidak peraturan yang ada, khususnya dalam hal tata cara berkendara yang berkeselamatan. Dengan demikian, indikator pola perilaku para siswa adalah tindakan pelanggaran terhadap peraturan hukum yang dilakukan oleh para siswa.

Alat evaluasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari penyuluhan yang dilakukan. Dengan alat evaluasi akan dapat diketahui seberapa besar pengaruh dari kegiatan penyuluhan terhadap tingkat pemahaman dan tingkat kesadaran para siswa terhadap peraturan lalu lintas yang ada, khususnya tata cara berkendara yang berkeselamatan.
Dalam menentukan alat evaluasi yang akan digunakan, hal yang harus diperhatikan adalah indikator-indikator penilaian yang akan diukur. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam evaluasi ini, digunakan 2 (dua) indikator kesadaran, yaitu pengetahuan dan pola perilaku.
Dengan melihat karakteristik dari masing-masing indikator, maka alat evaluasi yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan tata cara berkendara yang berkeselamatanpada siswa SMA Negeri 1 Kramat yaitu soal evaluasi dan survei pelanggaran penggunaan helm.
a.         Soal Evaluasi
Soal evaluasi digunakan untuk mengukur indikator pengetahuan para siswa terhadap pentingnya berkendara yang berkeselamatan pada saat berkendara. Indikator pengetahuan diukur dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat kognitif (benar/salah). Soal evaluasi yang akan diberikan kepada responden dalam rangka mengukur tingkat pengetahuan para siswa SMA Negeri 1 Kramat terhadap tata cara berkendara yang berkeselamatan. Soal evaluasi terlampir



b.        Survei Pelanggaran
Survei pelanggaran tata cara berkendara yang berkeselamatandigunakan untuk mengukur secara langsung tingkat kesadaran para siswa dari aspek pola perilaku (konatif) para siswa terhadap peraturan menggunakan helm pada saat mengendarai sepeda motor.Sasaran kegiatan pengamatan ini adalah pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para siswa SMA Negeri 1 Kramat. Hasil pengamatan ini adalah data kuantitatif yang menunjukkan jumlah dan persentase pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para siswa di lokasi pengamatan.
Untuk mencapai hasil yang relevan, pengamatan dapat dilakukan pada jam masuk sekolah atau jam pulang sekolah dan pada saat jam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan pada jam masuk/keluar sekolah dapat dilakukan di pintu masuk sekolah dan di depan area sekolah. Sedangkan pengamatan pada jam kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan di tempat parkir kendaraan para siswa untuk mengamati secara lebih rinci pelanggaran terkait dengan peraturan teknis kendaraan yang digunakan para siswa.

Hasil Pengukuran

a.    Pengetahuan.
Setelah dilakukan pengukuran menggunakan kuesioner terhadap 50 responden dari siswa SMA Negeri 1 Kramat peserta ekstrakulikuler Pramuka didapatkan skor hasil pengukuran sebagaimana dijelaskan pada tabel 5.3. Hasil pengukuran menunjukkan adanya peningkatan total skor antara sebelum penyuluhan (646) dengan setelah penyuluhan (675) sebesar 29 poin atau 0,04 %.Dari ketiga aspek yang diukur, baik aspek pengetahuan, pemahaman, maupun sikap, semuanya mengalami peningkatan. Tingkat pengetahuan para siswa naik 7 poin (0,04%), tingkat pemahaman para siswa naik 8 poin (0,06%), dan nilai sikap para siswa naik 15 poin (0,06%).
Dari ketiga aspek yang diukur, skor sikap para siswa SMA Negeri 1 Kramat mengalami kenaikan yang paling tinggi dibandingkan aspek yang lain. Hal ini menjadi indikasi bahwa pengetahuan dan pemahaman para siswa terhadap peraturan tata cara berkendara yang berkeselamatan sebelum penyuluhan sudah tinggi. Para siswa sudah mengetahui dan memahami tentang peraturan dan untuk apa peraturan tersebut dibuat. Tetapi, sikap positif para siswa terhadap peraturan tersebut belum menunjukkan nilai yang setingkat dengan pengetahuan dan pemahaman para siswa. Terbukti setelah dilakukan penyuluhan, sikap para siswa terhadap peraturan tata cara berkendara yang berkeselamatan naik sebesar 15 poin (0,06%).

b.    Pola Perilaku
Pola perilaku para siswa terhadap peraturan tata cara berkendara yang berkeselamatan didapatkan dengan melakukan survei di pintu gerbang dan tempat parkir SMA Negeri 1 Kramat. Hasil survei tersebut ditunjukkan grafik pada
Berdasarkan hasil survei, diketahui ada 5 (lima) jenis pelanggaran yang dilakukan selama survei dilakukan. Pelanggaran penggunaan helm tercatat ada 114 siswa yang melanggar dari 274 pelanggaran yang dilakukan siswa yang menggunakan sepeda motor, terdiri dari 106 pelanggaran tidak menggunakan helm SNI dan 8 pelanggaran penggunaan helm non-SNI.
Setelah penyuluhan, survei kembali dilakukan. Survei pasca penyuluhan tidak seperti survei pra penyuluhan. Apabila survei pra-penyuluhan dilakukan untuk mengetahui jenis pelanggaran apa saja yang dilakukan, maka survei pasca-penyuluhan dilakukan hanya difokuskan pada pelanggaran yang menjadi materi penyuluhan keselamatan, yaitu tentang tata cara berkendara yang berkeselamatan.
Berdasarkan hasil survei pasca-penyuluhan pada penggunaan helm di SMA Negeri 1 Kramat, didapatkan adanya penurunan jumlah pelanggaran sebesar 20%. Dari yang sebelumnya ada 106 siswa yang tidak menggunakan helm dan 8 siswa yang menggunakan helm non-SNI, setelah dilakukan penyuluhan, didapatkan ada 86 siswa yang melakukan pelanggaran penggunaan helm, semuanya tidak menggunakan helm dan tidak didapati siswa yang menggunakan helm non-SNI seperti sebelum dilakukan penyuluhan.

Kesimpulan

Dengan dilaksanakannya rangkaian kegiatan penyuluhan yang dimulai dari proses identifikasi massa dan diakhiri dengan kegiatan penyuluhan sampai dengan evaluasi kegiatan, kesimpulan yang dapat diambil antara lain:
a)        Berdasarkan hasil identifikasi, pelanggaran lalu lintas yang paling banyak dilakukan oleh siswa/siswi SMA Negeri 1 Kramat adalah tidak menggunakan helm SNI.
b)        Pelanggaran tidak menggunakan helm bukan karena para siswa tidak mengetahui peraturan, melainkan karena tingkat kesadaran yang rendah, sehingga penyuluhan dilakukan dengan bertujuan meningkatkan kesadaran para siswa/siswi melalui kegiatan Pramuka.
c)        Model penyuluhan dengan metode pendekatan kelompok terbukti efektif digunakan untuk menyampaikan materi kepada para siswa/siswi dengan karakteristik siswa SMA yang cenderung sulit untuk diatur.
d)       Secara umum, kegiatan penyuluhan telah meningkatkan kesadaran para siswa/siswi SMA Negeri 1 dalam hal kewajiban tata cara berkendara yang berkeselamatan bagi pengendara sepeda motor.
Dengan melihat hasil identifikasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini, diketahui bahwa para siswa tidak hanya butuh penyuluhan mengenai tata cara berkendara yang berkeselamatan, tetapi juga materi-materi lain yang berkaitan dengan penggunaan sepeda motor yang berkeselamatan (safety riding) dan rambu-rambu lalu lintas di jalan. Pihak sekolah menyisipkan materi tentang peraturan lalu lintas merupakan hal positif yang akan membantu para siswa dalam meningkatkan kesadaran mengenai peraturan lalu lintas di jalan.

Kesimpulan

Dengan dilaksanakannya rangkaian kegiatan penyuluhan yang dimulai dari proses identifikasi massa dan diakhiri dengan kegiatan penyuluhan sampai dengan evaluasi kegiatan, kesimpulan yang dapat diambil antara lain:
e)        Berdasarkan hasil identifikasi, pelanggaran lalu lintas yang paling banyak dilakukan oleh siswa/siswi SMA Negeri 1 Kramat adalah tidak menggunakan helm SNI.
f)         Pelanggaran tidak menggunakan helm bukan karena para siswa tidak mengetahui peraturan, melainkan karena tingkat kesadaran yang rendah, sehingga penyuluhan dilakukan dengan bertujuan meningkatkan kesadaran para siswa/siswi melalui kegiatan Pramuka.
g)        Model penyuluhan dengan metode pendekatan kelompok terbukti efektif digunakan untuk menyampaikan materi kepada para siswa/siswi dengan karakteristik siswa SMA yang cenderung sulit untuk diatur.
h)        Secara umum, kegiatan penyuluhan telah meningkatkan kesadaran para siswa/siswi SMA Negeri 1 dalam hal kewajiban tata cara berkendara yang berkeselamatan bagi pengendara sepeda motor.

Dengan melihat hasil identifikasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini, diketahui bahwa para siswa tidak hanya butuh penyuluhan mengenai tata cara berkendara yang berkeselamatan, tetapi juga materi-materi lain yang berkaitan dengan penggunaan sepeda motor yang berkeselamatan (safety riding) dan rambu-rambu lalu lintas di jalan. Pihak sekolah menyisipkan materi tentang peraturan lalu lintas merupakan hal positif yang akan membantu para siswa dalam meningkatkan kesadaran mengenai peraturan lalu lintas di jalan.